BATAM // Monitor86.com
KENAPA orang Indonesia umumnya suka menonton? Jangankan aksi panggung atau deklarasi terbuka, ada kecelakaan bahkan adegan baku tembak antara teroris dengan polisi pun mereka saksikan dari jarak dekat!
Beberapa sosiolog, menyebut hal itu karena masyarakat punya rasa ingin tahu yang tinggi atau kepo, alias knowing every particular object. Apalagi di zaman media sosial ini, ketika semua berlomba bikin konten untuk menarik like, viewer, followers, hingga adsense.
Maka munculah fenomena (penyakit?) baru yang disebut fomo atau Fear of Missing Out, yakni rasa takut atau cemas merasa “tertinggal” karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Seperti berita, tren, dan hal lainnya.
Jadi jangan heran jika ada kecelakaan di jalan banyak yang lihat dari dekat. Bahkan saat peristiwa bom di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, pada Kamis 14 Januari 2015, warga berbondong-bondong menonton dari dekat. Tak peduli, nyawa sendiri taruhannya.
Demikian juga di panggung politik. Banyaknya massa yang menyaksikan bukan berarti mereka semua mendukung. Bisa saja cuma sekadar kepo atau mencari hiburan. Makanya jangan takabur dulu.
Analis politik Eep Saefullah Fatah, pernah menyampaikan istilah "Amies Rais syndrom". Istilah itu merujuk pada fenomena tingginya popularitas Amien di era reformasi '98.
Namun, pada Pemilu 2004, Amien hanya memperoleh 14 persen suara. Jauh di bawah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan 33,57 persen, Megawati Soekarnoputri 26,61 persen, dan Wiranto 22,15 persen.
Bagaimana menurut Anda?
Reporter : (Nursalim Turatea)
Social Footer