PONTIANAK // Monitor86.com
Sebanyak 37 kelompok pemain meriam karbit di Kota Pontianak Kalimantan Barat tengah melakukan persiapan intensif menjelang Eksibisi Meriam Karbit yang akan digelar pada malam Idulfitri 1446 Hijriah. Persiapan ini mencakup dekorasi, pengecatan motif khas corak insang, serta uji coba suara guna memastikan dentuman yang dihasilkan tetap menggelegar.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Pontianak, jumlah peserta tahun ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari total 37 kelompok yang berpartisipasi, sebanyak 19 kelompok berasal dari Pontianak Timur, sementara 18 kelompok lainnya berasal dari Pontianak Selatan dan Tenggara. Eksibisi ini akan dipusatkan di Jalan Tanjung Harapan Gang Kejora, Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, pada Minggu (30/3/2025) pukul 19.30 WIB. Acara pembukaan akan dihadiri oleh Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pontianak, Forkopimda, serta berbagai perwakilan dari Pemerintah Kota dan Provinsi Kalimantan Barat.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menegaskan bahwa permainan meriam karbit merupakan bagian dari warisan budaya yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016.
“Sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat Pontianak, permainan meriam karbit harus terus kita lestarikan. Oleh karena itu, setiap tahun kita rutin menggelar eksibisi ini,” ujarnya, Sabtu (29/3/2025).
Namun, jumlah kelompok yang berpartisipasi mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, yang tercatat sebanyak 41 kelompok. Faktor utama berkurangnya peserta adalah tingginya biaya pembuatan meriam serta kesulitan mendapatkan bahan baku kayu balok. Untuk mengatasi hal ini, Wali Kota mengusulkan program bantuan berupa subsidi atau sponsorship guna meringankan beban para pengrajin dan pelaku budaya.
“Kita akan mengevaluasi program ini lebih lanjut. Jika terbukti berkontribusi terhadap pariwisata, maka kita akan mencari langkah konkret untuk mendukung keberlanjutannya,” tambahnya.
Ia juga mengajak dunia usaha untuk turut berpartisipasi dalam pelestarian tradisi ini melalui skema kolaborasi dengan komunitas pembuat meriam karbit.
“Kita berharap adanya kerja sama lintas sektor untuk menjaga kelestarian tradisi ini sekaligus mendorong sektor pariwisata di Pontianak,” tuturnya.
Kepala Disdikbud Kota Pontianak, Sri Sujiarti, menegaskan bahwa eksibisi ini bukan sebuah kompetisi, melainkan bentuk kebersamaan dalam menyemarakkan malam takbiran.
“Kegiatan ini murni untuk memeriahkan malam takbiran. Sebanyak 37 kelompok akan menampilkan meriam karbit mereka di sepanjang Sungai Kapuas,” jelasnya.
Sri menambahkan bahwa penyelenggaraan eksibisi melibatkan berbagai pihak, baik di darat maupun di perairan. Oleh karena itu, pihaknya telah menggelar rapat koordinasi untuk memastikan kelancaran acara yang akan berlangsung pada 30 Maret mendatang.
“Kami berkoordinasi dengan berbagai pihak mengingat acara ini melibatkan banyak elemen, termasuk pengamanan dan aspek teknis lainnya,” ujarnya.
Meriam karbit sendiri merupakan tradisi khas Pontianak yang telah ada sejak lama. Dibuat dari kayu mabang atau meranti, meriam ini memiliki diameter sekitar 50–70 cm dan panjang 5–6 meter. Proses pembunyian dilakukan dengan menyalakan gas hasil reaksi karbit, yang kemudian menghasilkan dentuman keras.
“Tradisi ini menjadi salah satu keunikan budaya Pontianak yang tidak ditemukan di daerah lain di Indonesia, bahkan mungkin di dunia,” pungkas Sri.
Publisher : Krista
Sumber : Prokopim
Social Footer