Breaking News

Walid KW Super Muncul di Lombok



Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar


PONTIANAK // Monitor86.com

Ungkapan "Walid nak Dewi, Boleh?" sudah saya tulis sebelumnya. Pada ngusap dada, untung hanya film buatan Malaysia. Kalau di sini, bisa didemo berjilid-jilid. Ternyata, versi dunia nyatanya justru baru saja terjadi di negeri kita, wak. Siapkan kopi lagi, kita ungkap sosok Walid sesungguhnya.

Di zaman ketika netizen lebih percaya drama series ketimbang khutbah Jumat, muncullah serial Malaysia berjudul “Bidaah” yang, sungguh, lebih menyelamatkan iman umat dari tujuh jilid kitab kuning yang berdebu di rak pondok. Serial ini, dengan tokoh jahat nan mualaf dari neraka bernama Walid, ternyata bukan hanya membuat emak-emak Malaysia menangis sambil menabur garam ke layar TV, tapi juga menyentil realita kelam ribuan kilometer dari lokasi syutingnya.

Fast forward ke Gunung Sari, Lombok Barat. Sebuah pondok pesantren yang katanya tempat mencetak para wali, malah menyimpan Walid KW super. Bukan KW biasa, ini versi limited edition, berjubah keberkatan, bertongkat doa, tapi tangan gatalnya lebih aktif dari notifikasi grup WhatsApp RT. Sang Ketua Yayasan, AF, bukan singkatan dari Air Freshener, tapi aroma yang ia sebarkan jelas jauh dari segar.

Menurut laporan DetikBali, puluhan santriwati akhirnya buka suara. Mereka tak lagi takut. Bukan karena khutbah Ustaz, bukan juga karena doa Qunut Nazilah, tapi karena mereka menonton “Bidaah”. Ya, tontonan yang katanya haram itu malah jadi petunjuk jalan keluar. Dunia terbalik? Bukan. Ini Indonesia.

Modus AF? Wah, pantas dapat Nobel Penipuan Religius. Ia menjanjikan “keberkatan rahim” sejenis diskon surgawi bagi yang mau "dijamah demi keturunan wali." Tentu, ini logika yang hanya bisa diciptakan oleh orang yang membaca tafsir bukan dari kitab, tapi dari grup Facebook. Katanya, setelah dijamah, rahim para korban akan diberi barcode khusus untuk melahirkan calon wali. Tidak jelas wali apa, mungkin wali kota, atau wali kelas, atau wali nikah.

Polisi sudah mengamankan AF. Tapi statusnya masih “terlapor” ya, karena di republik ini, seseorang harus ketahuan live di CCTV dan bersumpah pakai Al-Qur’an terbalik dulu baru bisa disebut “tersangka.” Sementara itu, kita semua menunggu sinetron baru, “Walid dari Lombok – Season 1: Rahim Berkeberkatan”.

Kini, publik bertanya-tanya, apakah kita butuh lebih banyak ustaz, atau lebih banyak sutradara? Karena tampaknya, jalan menuju keadilan di negeri ini tidak lewat forum bahtsul masail, tapi lewat episode drama dari negeri jiran.

Tapi tenang, wak. Negeri ini masih aman. Karena ketika suara korban dibungkam, sinyal WiFi masih kuat. Selama netizen masih bisa marah lewat kolom komentar, harapan masih ada.

Roja nak Nohran, Boleh? Ups...

Publisher :  Timtas M-86 #camanewak

Type and hit Enter to search

Close