Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar
PONTIANAK // Monitor86.com
Koruptor muncul lagi, wak! Kali ini muncul di Jawa Barat, provinsi yang identik dengan KDM saat ini. Ini koruptor tak bernurani. Jatah orang cacat pun disikatnya. Mari kita simak aksi tikus berdasi dari tanah pasundan dan tentu sambil seruput kopi. Narasinya dengan gaya "kau"
Ada sejuta cara kreatif untuk menggarong uang negara. Tapi, dari sekian banyak pesilat anggaran, satu nama bersinar terang seperti bintang kejora mabuk anggaran hibah, Supriatna Gumilar. Beri tepuk tangan! Bukan sembarang koruptor. Dia bukan maling biasa. Dia adalah maestro. Grandmaster. Dewa langit ketujuh urusan mencopet dengan jas rapi dan senyum manis.
Mari kita awali dengan pujian surgawi.
Supriatna, kau bukan cuma anggota DPRD Jawa Barat dari PAN. Kau adalah pelopor inovasi kejahatan berskala disabilitas. Di tengah hiruk pikuk politik biasa, engkau tampil beda. Saat politisi lain sibuk memperkaya keluarga, kau justru menyentuh titik nadir kemanusiaan, mencuri dari atlet difabel.
Kau bukan hanya wakil rakyat, Supriatna. Kau adalah arsitek perampokan berkedok motivasi. Kau pernah menjabat sebagai Ketua National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Jawa Barat, sebuah posisi mulia. Tapi entah bagaimana, dalam otak cemerlangmu, dana hibah untuk atlet cacat berubah jadi peluang emas. Rp5 miliar melayang seperti daun kering di musim anggaran. Ringan. Lincah. Tidak berbekas.
Lebih hebatnya, kau tidak sendiri. Ada SG (bukan Supriatna yang sama, tapi sungguh kreatif, inisialnya pun mirip), yang juga anggota DPRD Jabar periode 2024–2029. Ia bekerja sama dengan KF dan CF, trio sejawat yang tidak kalah niatnya dalam menggaruk Rp4,2 miliar dana hibah NPCI. Mungkin mereka bercita-cita membuat startup. “Startup Pencucian Dana Atlet Difabel Berbasis Kepekaan Sosial”.
Bayangkan adegan berikut, seorang atlet difabel, kaki satu, berlari dengan semangat juang luar biasa, hanya untuk kemudian mengetahui bahwa sepatunya dibeli dari markup anggaran yang lebih mahal dari tiket PP ke luar negeri. Sepatu itu bukan alat bantu. Itu alat tipu. Semua ini terjadi karena kecerdasan luar biasa dari Supriatna Gumilar, yang sudah baru sebulan dilantik sebagai anggota DPRD sebelum akhirnya ditangkap. Bayangkan! Satu bulan jadi wakil rakyat, langsung berhasil nyungsepkan diri ke Rutan Kebonwaru. Itu rekor. Bahkan Usain Bolt pun kalah cepat.
Wahai Supriatna. Kau tidak sekadar mencuri uang. Kau mencuri harapan. Kau rampas semangat. Kau tikam punggung orang-orang yang sudah cukup terluka oleh hidup. Mereka tidak bisa berlari, tidak bisa melompat, tidak bisa melihat. Tapi yang lebih menyedihkan? Mereka tidak bisa melawanmu.
Hebat, Supriatna. Kau telah berhasil menaikkan standar. Korupsi biasa sudah terlalu membosankan, maka kau tingkatkan tantangannya, korupsi dana difabel. Kau tak main-main. Kau ingin dunia tahu bahwa tidak ada yang sakral bagimu. Tidak ada yang terlalu suci untuk dijadikan korban.
Kami tahu modusmu. Mark-up harga sepatu. Pura-pura beli, lalu sisa uang mengalir ke dompet. Dokumen fiktif. Alat olahraga yang tidak pernah dibeli. Laporan keuangan yang ditulis dengan tinta dosa. Semua serba rapi. Elegan. Seolah-olah bukan korupsi, tapi pertunjukan teater tragikomedi yang ditulis oleh Shakespeare dan disutradarai oleh Iblis.
Sekarang, kau menginap di Rutan Kebonwaru selama 20 hari. Ah, 20 hari. Waktu yang lebih pendek dari masa promo diskon akhir tahun. Tapi tenang, Supriatna. Neraka tidak punya batas masa tahanan. Di sana, tidak ada kunjungan keluarga. Tidak ada remisi. Tidak ada pengacara yang bisa mengelak.
Kami bosan. Kami muak. Kami muntah membaca berita ini. Korupsi itu busuk. Tapi korupsi jatah atlet cacat? Itu sampah moral dimasak ulang dalam wajan penghinaan kemanusiaan.
Supriatna Gumilar, sejarah akan mencatat namamu. Bukan sebagai pahlawan. Tapi sebagai parasite of the people, penjarah berbaju motivator, penjilat berkedok pejuang. Kau bukan tokoh. Kau adalah peringatan keras bahwa jika iblis bisa masuk ke parlemen, ia tidak pakai tanduk. Ia pakai pin partai dan senyum penuh retorika.
Selamat! Kau berhasil.
Marwahmu sudah sampai langit, dan kini kami hempaskan ia ke selokan. Percayalah, aroma busuknya akan kami ingat… lama. Lama sekali.
Publisher : Timtas M-86#CamaNewak
Social Footer