Breaking News

Garuda Menantang Para Khan

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitor86.com

Ketika menulis tentang Ayatollah Ali Khemeini, saya pun dicap Syiah. Ketika menulis Mossad, saya pun dituduh Zionist. Bentar lagi akan ada menuduh, Wahabi, Wahabi Voli. Soalnya, saya mau menulis laga bigmatch, Pakistan vs Indonesia di ajang AVC 2025. Sambil menunggu azan salat Jumat, mari simak narasi ini sambil seruput kopi tanpa gula. 

Sabtu, 21 Juni 2025 pukul 18.00, dunia akan bergetar. Pasir-pasir Bahrain berhenti berhembus. Burung unta mendadak diam, dan suhu ruangan di Isa Bin Rashid Hall mendidih. Bukan karena AC rusak, tapi karena aura panas dari duel maha akbar: Indonesia vs Pakistan. Perempat final AVC Nations Cup 2025. Bukan hanya pertandingan, ini adalah deklarasi eksistensial dari dua bangsa yang tidak sudi kalah bahkan dalam hal melirik bola yang nyasar.

Di pojok kiri gelanggang, berdiri tim Pakistan. Peraih runner-up AVC 2024, sang penguasa Gurun Rotasi, pemilik blok sekeras pahatan marmer Lahore. Juara Grup C yang baru saja menghajar Filipina 3-1 dan menekuk Taiwan 3-2. Di pojok kanan, berkeringat namun tampan, ada Indonesia. Negara dengan ranking dunia ke-56 tapi semangat ranking 1. Negara di mana smash bukan sekadar teknik, tapi bentuk cinta tanah air.

Pakistan, dengan pelatih legendaris Rahman Mohammadirad, membawa armada seperti dari film sejarah. Ada Muhammad Kashif Naveed (No.13), setter gaek usia 31 tahun yang kalau dia menyentuh bola, seluruh ruang dan waktu seolah mengatur ulang dirinya. Murad Khan (No.11), opposite yang kalau dia melompat, lampu stadion bisa padam. Afaq Khan (No.16), outside hitter secepat gosip artis di WA grup keluarga. Musawer Khan (No.18), middle blocker 20 tahun yang memblok tak hanya bola, tapi juga harga diri lawan. Murad Jehan (No.15), veteran yang katanya sudah bermain sejak zaman spike masih disebut "tampar bola".

Mereka adalah para Khan. Bukan sekadar nama, tapi genre hidup. Lawannya? Indonesia. Skuad pejuang dari gugusan ribuan pulau, yang tidak takut pada blok tinggi, karena mereka terbiasa menembus birokrasi lebih rumit.

Catatan sejarah? Tiga pertemuan. Pakistan menang dua, Indonesia menang satu. Tapi seperti kata filsuf voli dari Pontianak, “Statistik hanyalah angka. Tapi smash adalah pernyataan hidup.” Pertemuan terakhir pada Kejuaraan Asia 2023 berakhir 3-2 untuk Pakistan. Namun, waktu itu net-nya miring dan bolanya… eh, salah cabang. Tapi intinya, nyaris. Sangat nyaris.

Ranking FIVB? Pakistan 49, Indonesia 56. Tapi angka tidak bisa mengukur determinasi, apalagi ketika para pemain Indonesia sudah minum jamu, baca Yasin, dan disemangati emak-emak dari grup Facebook Voli Lovers Sejati Dunia Akhirat.

Pakistan unggul pengalaman, kekuatan fisik, dan rotasi serangan cepat. Tapi Indonesia punya semangat, dan satu hal yang tak dimiliki Pakistan, kemampuan bangkit setelah disalahkan net, wasit, cuaca, dan astrologi sekaligus.

Siapa yang akan menang? Kita tidak tahu. Tapi yang pasti, ketika peluit pertama dibunyikan dan bola melayang seperti pertanyaan hidup yang belum terjawab, kita akan menyaksikan lebih dari sekadar pertandingan.

Duel super bigmatch ini bukan hanya soal bola. Ini adalah metafora eksistensial. Bola adalah hidup, net adalah batas moral, dan smash adalah bentuk kritik terhadap ketidakadilan global. Saat Murad Khan melompat, dia berkata, “Aku ada, maka aku menyerang.” Saat Indonesia membalas, kita tak hanya memukul bola, kita memukul stigma, peringkat, dan keraguan.

Di Isa Bin Rashid Hall nanti, tak hanya adu tinggi badan dan reflek tangan, tapi juga adu semangat juang dua bangsa yang terpisah benua tapi bersatu dalam ideologi, menang itu penting, tapi gaya saat menang lebih penting lagi.

Kita akan menyaksikan puisi kinetik. Drama berdurasi lima set. Smash setajam kritik sosial. Blok-blok penuh harapan rakyat +62.

Siapkan kopi, jangan lupa bawa tisu. Karena malam itu, Indonesia tak gentar. Pakistan boleh punya Khan, tapi kami punya tekad yang tak bisa diblok siapa pun.

Publisher : Timtas M-86#camanewak

Type and hit Enter to search

Close