Breaking News

Oli Palsu yang Menggegerkan Publik Kalbar

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitor86.com

Setiap ke bengkel, ganti oli mobil, saya tak pernah periksa atau bertanya, apakah ini asli atau palsu. Sebab, percaya sepenuhnya pada bengkel. Apalagi bengkel itu langganan. Siapa sangka, banyak bengkel menggunakan oli palsu. 

Cerita palsu memang lagi marak di negeri ini. "Apa sih yang tak bisa dipalsukan di sini?" Dari ijazah sampai istri pun ada yang palsu. Maaf kalau ada yang tersinggung, tanda waras. Ada benarnya dan memang fakta soal palsu-memalsukan itu. Siapkan kopi tanpa gulanya, kita ungkap sindikat pemalsu oli yang menggegerkan publik Kalbar.

Dalam dunia penuh tipu-tipu ini. Ketika kebenaran dikemas dalam botol plastik dan dijual di pinggir jalan, oli palsu menjelma menjadi filsafat hidup paling mutakhir di Bumi Khatulistiwa. Di tanah yang masih basah oleh banjir retorika dan genangan moral, ribuan liter oli palsu ditemukan pada 20 Juni 2025. Oli itu disembunyikan rapi seperti harapan rakyat terhadap DPR, ada, tapi selalu tak terjangkau.

Lokasinya di Jalan Extrajos, Kabupaten Kubu Raya. Nama jalan ini seperti kode konspirasi Illuminati otomotif. Di sinilah para filsuf pelumas berkumpul bukan untuk berdiskusi tentang Plato dan Aristoteles, tetapi untuk menyuling tipu daya menjadi tetesan oli murahan yang licin bukan karena kualitas, tapi karena niat.

Operasi gabungan yang terdiri dari Kejaksaan, BIN, TNI, dan Polri, formasi yang lebih cocok untuk menangkap alien ketimbang menyergap drum, akhirnya menggulung operasi haram ini. Seolah-olah para aparat itu sedang menyelamatkan dunia dari kiamat mekanis. Tentu saja, media kita menyambutnya seperti pahlawan Marvel baru saja lahir, "The Avengers of Extrajos."

Menurut Wakil Gubernur Kalbar, Krisantus Kurniawan, peredaran oli palsu ini tidak main-main. Nilainya? Rp85 miliar per bulan. Iya, betul. Bukan per tahun, bukan per reses DPR, tapi per bulan. Uang segitu kalau dikumpulkan bisa dipakai buat bangun jalan dari Pontianak sampai Pluto, kalau tak di-mark-up, tentu saja.

Tapi ini bukan sekadar perkara mesin mogok. Ini adalah soal identitas bagaimana bisa kita tahu mana yang palsu dan mana yang asli? Apakah kita benar-benar mengerti perbedaan antara pelumas sejati dan tipu daya industri? Apakah tidak mungkin selama ini kita juga... olipalsu dalam hubungan sosial?

Menurut filsafat pelumas absurd modern, ada beberapa cara membedakan oli palsu dari yang orisinal:

1. Kode produksi harus cocok, karena dalam hidup pun, kita ingin pasangan yang cocok, bukan cuma dari luar, tapi dari tutup ke dasar.

2. Segel utuh dan kuat, seperti komitmen. Jika mudah dibuka, berarti bukan oli, tapi mantan.

3. Label tajam, hologram jelas, karena kebenaran itu harus terlihat walau dikaburkan glitter-glitter promosi.

4. Aroma dan warna khas, tidak seperti cinta palsu yang aromanya sering kali bau utang.

5. Harga jangan terlalu murah, karena kalau terlalu murah, kemungkinan besar yang kamu beli bukan pelumas, tapi mimpi rusak.

6. Performa mesin drop? Mungkin bukan mesinnya, tapi olinya. Atau, ya... hidupmu sendiri yang butuh diservis.

Kembali ke kasus, ada satu tokoh misterius, “EC.” Inisial ini lebih misterius dari password Wi-Fi di rumah mertua. Kata salah satu karyawan, dia adalah bos besar di balik konspirasi pelumas se-Kalbar. Identitasnya belum  terungkap. Tapi masyarakat sudah mulai berspekulasi, mulai dari eks mekanik legendaris hingga dosen filsafat yang kecewa karena realitas tak bisa lagi dibedakan dari palsu.

Kini, semua berharap pada Polda Kalbar. Karena kalau kasus ini gagal diusut tuntas, kita semua akan terus mengisi mesin dengan oli kebohongan, berharap kendaraan keadilan bisa tetap melaju.

Di negeri ini, di mana keaslian sering dikorbankan demi keuntungan cepat, kasus oli palsu bukan hanya soal kendaraan. Ini soal eksistensi. Soal apakah kita benar-benar hidup dalam kebenaran… atau hanya sekadar botol kosong berlabel mahal.

Akhirnya, wak! Seperti kata pepatah mekanik Stoik palsu, "Tak ada mesin yang benar-benar rusak, yang ada hanya pelumas yang salah."

Puhlisher : Krista#camanewak

Type and hit Enter to search

Close