Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar
PONTIANAK // Monitor86.com
Cerita perang, ijazah, korupsi, sudah terlalu mainstream. Sekali-kali kita bicara tentang dunia penipuan. Kebetulan penipu asli Indonesia itu terbilang hebat. Lah, penipu kok hebat, bang. Siapkan kopi tanpa gulannya lagi, wak!
Dunia pernah dibuat tercengang oleh Albert Einstein, ternganga oleh Steve Jobs, dan terpukau oleh Elon Musk. Tapi semua itu tak seberapa jika dibandingkan dengan wanita satu ini, Azura Luna, alias Enjang Widi Palupi, alumni SMA 2 Kediri, Jawa Timur. Keahlian lidah dan gaya hidupnya seolah-olah-bangsawan berhasil menipu bukan cuma sosialita Hongkong, bukan cuma pebisnis Inggris, tapi... anak kandung Presiden Amerika Serikat.
Iya, jenengan tidak salah baca. Hunter Biden, putra dari Joe Biden, Presiden Amerika Serikat yang katanya punya akses ke semua data intelijen dunia, bisa-bisanya termakan cerita “Saya adalah calon ratu dari kerajaan eksotis di Asia Tenggara bernama... khayalan saya sendiri.”
Bayangkan, wak! Dunia ini sudah begitu absurd sampai-sampai CIA dan FBI pun tak bisa mendeteksi kebohongan seorang perempuan Kediri berselimut gelar Harvard palsu. Ini bukan sekadar penipuan, ini adalah opera besar realitas paralel yang dimainkan seorang wanita dengan koleksi tas Hermes kw super dan kemampuan akting setara Oscar.
Dilahirkan sebagai Enjang Widi Palupi pada 27 Oktober 1978 di Kediri, Jawa Timur. Tidak ada yang menyangka bahwa anak SMA biasa ini kelak akan menjadi legenda internasional dalam seni kebohongan kelas wahid. Bermodalkan wajah eksotis, bahasa Inggris lancar, dan sedikit aksen campuran Inggris-Kemayoran, ia menjelma menjadi Azura Luna, bangsawan misterius yang katanya lulus dari Harvard, MIT, dan Brown University, semuanya dalam satu napas.
Tentu saja itu semua bohong. Tapi bohong yang indah.
Azura tidak main-main. Ia tampil bak dewi kemewahan. Hadir di Paris Fashion Week, nongkrong di yacht pribadi yang bukan miliknya, dan memajang kehidupan mewah di media sosial yang jika dilihat dengan teliti, lebih banyak fitur editannya ketimbang realitas.
Lalu, boom, tahun 2018, Azura berhasil diundang ke rumah keluarga Biden di Amerika Serikat. Diundang! Bukan diselundupkan. Bukan menyusup. Tapi diundang dengan sopan karena dianggap sebagai putri bangsawan dari negeri nun jauh di seberang lautan, tempat di mana istana dibangun di atas ladang padi.
Hunter Biden pun ikut termakan omong kosong tersebut. Tak hanya percaya, tapi konon sempat "dekat". Hati anak Presiden Amerika Serikat itu melunak oleh dongeng Jawa yang dibalut gaya London. Dunia diplomasi tak pernah secanggih ini, Indonesia tak perlu kirim duta besar, cukup kirim Azura Luna dan satu koper mimpi-mimpi.
Hasil dari akting luar biasa ini? Sekitar USD 500 ribu atau Rp 7 miliar masuk kantong. Belum termasuk tas Hermes palsu yang ia jual ke wanita-wanita high class Los Angeles, seperti seorang bernama Sofia yang sempat membeli tas senilai Rp 1,2 miliar yang ternyata diproduksi di gudang rahasia Somewhere in Jakarta Timur.
Ketika Azura akhirnya tertangkap di Beverly Hills, ia dilepaskan karena, dengar ini baik-baik, bukti tidak cukup kuat. Bahkan di negeri superpower pun hukum bisa ditaklukkan oleh glamour dan kebingungan antara asli dan palsu.
Kini Azura masih jadi buronan Interpol. Tapi entah kenapa, tak ada yang benar-benar membencinya. Karena bagaimana bisa? Wanita ini telah membuktikan bahwa realita hanyalah opini terbanyak di Instagram.
Dalam dunia penuh ketimpangan, Azura Luna datang sebagai pengacau sistem, bukan dengan kekerasan, tapi dengan gaya hidup editan dan cerita-cerita yang terlalu indah untuk dicek kebenarannya.
Azura Luna bukan hanya penipu. Dia adalah revolusi lunak dari pinggir jalan Kediri ke karpet merah internasional. Ia menunjukkan bahwa di era sekarang, nuan tak perlu punya apa pun untuk terlihat punya segalanya. Untuk itu, kita tidak bisa marah. Kita hanya bisa tertawa, terkagum, lalu merenung dalam-dalam, bagaimana bisa dunia segila ini ditaklukkan hanya dengan kebohongan, keberanian, dan satu akun Instagram?
Publisher : Krista#camanewak
Social Footer