Breaking News

Al Ihsan vs Welas Asih

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitor86.com

Ganti nama berarti potong kambing lagi. Itu seloroh yang biasa diungkapkan bila ada yang ganti nama. Ketika orang tua memberikan nama pada anak, biasanya diawali dengan ritual aqiqah, potong kambing. Lantas, bagaimana dengan rumah sakit ganti nama? Nah, ini yang sedang ribut di tanah Pasundan. Mari kita ungkap sambil seruput kopi tanpa gula, wak!

Di sebuah sudut bumi bernama Jawa Barat, di bawah langit biru yang tampak tenang namun menyimpan badai kebijakan, seorang gubernur bernama Dedi Mulyadi memutuskan sesuatu yang tampaknya sepele. Tapi, mengguncang lapisan spiritualitas, identitas, bahkan langit-langit DPRD. Ia mengganti nama RSUD Al Ihsan menjadi RSUD Welas Asih.

Ya, hanya sebuah nama. Mengganti nama rumah sakit yang sudah bertahun-tahun berdiri dengan embusan nama Arab nan sakral menjadi frasa Sunda yang syahdu. Itu seperti mengusik keseimbangan kosmos. Seperti menampar sejarah dengan sapu lidi dan bilang, “Maaf, ini demi branding.”

Alasannya? Alasan gubernur tak pernah sederhana. KDM, panggilan akrabnya di kalangan netizen Sunda edgy, menyebut bahwa “Welas Asih” lebih membumi, lebih Sunda, lebih kekinian. Lebih mudah dicerna masyarakat, katanya. Nama “Al Ihsan” menyimpan memori panjang yang... katanya tak perlu dijelaskan, seperti mantan yang tak boleh disebut dalam acara pernikahan.

KDM ingin rebranding. Katanya ini bukan cuma soal ganti nama, tapi ingin mengangkat martabat RSUD itu setara RS Hasan Sadikin dalam dua tahun. Dua tahun. Membangun reputasi medis seperti RS rujukan nasional hanya dengan ganti nama, seperti mencoba jadi Cristiano Ronaldo dengan ganti nama jadi "Cristono".

Tapi tentu, publik tak bisa secepat Google Maps update lokasi. Habib Rizieq Shihab, sang orator terkenal dengan aksi demonya, muncul. “Kita tidak katakan Welas Asih itu jelek,” katanya. Tapi kenapa Al Ihsan harus lenyap? Baginya, ini bukan sekadar masalah nama, ini pemangkasan spiritualitas. Bagi Habib, kata “Ihsan” bukan sekadar Arab, tapi sudah diserap ke dalam Bahasa Indonesia. Sama seperti “sabun”, “kitab”, dan “yaumul hisab”.

Tak cukup sampai di situ, Aliansi Pergerakan Islam (API) Jawa Barat langsung mengepung DPRD Jabar. Mereka tak membawa obor atau kuda terbang, tapi membawa surat. Surat penolakan yang ditandatangani dengan tinta kemarahan kolektif umat. Asep Syaripuddin, Ketua API, menyatakan ultimatum sakral, jika sampai Jumat, 11 Juli 2025, nama Al Ihsan belum kembali, maka ribuan massa akan turun ke jalan. Bukan untuk senam pagi, tapi untuk aksi.

Dalam pertemuan audiensi dengan Wakil Ketua DPRD, Iwan Suryawan, dan Anggota Fraksi PKS, Siti Muntamah, Asep berkata, “Kalau korupsinya satu orang, kenapa yang diganti nama rumah sakit? Ganti dong nama Provinsi Jabar sekalian. Biar adil.” Sebuah logika yang bahkan Socrates pun akan sulit debat.

Di sinilah kita berdiri. Di titik sejarah di mana nama menjadi bom atom sosial. Di mana “Welas Asih” dan “Al Ihsan” bukan sekadar kata, tapi pertempuran ideologis, linguistik, dan spiritual. Di negeri ini, perubahan nama bisa lebih mematikan dari inflasi. Satu frasa berubah, maka langit pecah, umat berseru, dan DPRD pun ikut pusing.

Sungguh, kita hidup di dunia di mana penggantian nama rumah sakit bisa lebih heboh dari KTT G20. Di mana “Al Ihsan” dan “Welas Asih” bukan cuma kata, tapi bahan bakar untuk perdebatan filsafat eksistensial. Bahkan mungkin alien pun mengamati dari kejauhan sambil berkata, “Manusia ini unik. Cuma ubah nama, bisa bikin alam semesta bergetar.”

Wahai semesta, mari kita renungkan, mungkinkah perubahan nama hanyalah simbol dari ketakutan kita yang lebih dalam terhadap perubahan itu sendiri? Ataukah ini hanya langkah kecil dalam serial “Birokrasi: Season 99, Episode 472”?

Entahlah. Yang jelas, di negeri ini, hal kecil bisa bikin ribut, dan ribut bisa jadi bahan konten.

Begitulah filsafat nama di tanah air, bukan sekadar label, tapi pusaka. Pusaka tak bisa sembarangan diganti. Kecuali eta’ teh siap melihat semesta ikut ribut.

Publisher : Krista#camanewak

Type and hit Enter to search

Close