Breaking News

Sudah 335 Mayat Membeku di Gunung Everest

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitor86.com

Saya paling suka nonton perjuangan pendaki menaklukan gunung. Teringat mbak Furky, ini wanita hebat. Saya nonton videonya saat menaklukan Everest. Cewek kok berani bangat. Tapi, kali ini saya mau bahas mayat membeku di gunung tertinggi di dunia itu. Siapkan lagi kopinya wak, kali ini narasinya mendebarkan, dan tak perlu tisu.

Di suatu pagi yang membeku di langit Himalaya, Gunung Everest menyapa para pendaki dengan senyuman es dan dingin menusuk hingga tulang rusuk terdalam. Ia tidak bicara, hanya memandang sinis, seolah berkata, “Selamat datang, manusia. Silakan buang Rp2 miliar dan ego Anda di lereng saya.”

Sejak Edmund Hillary dan Tenzing Norgay menaklukkannya pada 29 Mei 1953, Everest berubah dari gunung menjadi altar pemujaan narsisme. Ribuan orang mencoba naik, dan lebih dari 335 pendaki tewas membeku di sana. Mereka bukan sekadar korban alam, mereka kini menjadi penunjuk arah permanen, termasuk Green Boots, jasad yang ikonik.

"Bang, kenapa tak diambil tu mayat, kasihan."

Gini ya, wak! Evakuasi jasad di Everest bukan perkara mudah. Biayanya bisa mencapai puluhan ribu dolar, risikonya setara dengan misi penyelamatan di zona perang. Maka banyak keluarga memilih membiarkan orang yang mereka cintai tetap di sana, bersatu dengan gunung yang telah mereka impikan. Fenomena ini menciptakan lanskap tragis, tenda-tenda sobek tertimbun salju, oksigen kosong bergelimpangan, dan sosok manusia yang membatu dalam diam. Everest, dalam kesunyiannya yang megah, menyimpan kisah tentang ambisi, harapan, dan batas tipis antara keabadian dan kematian.

Walau demikian, gunung ini menyukai para pendaki. Ia memeluk mereka dengan badai dadakan, meninabobokan mereka dengan ilusi keabadian, lalu menaruh jasadnya sebagai dekorasi jalur. Beberapa jasad sudah begitu tertanam dalam es, butuh air panas dan perjuangan berjam-jam untuk dilepaskan, karena Everest tidak suka kehilangan koleksi.

Pendaki tahu mereka bisa mati. Mereka latihan, baca buku motivasi, pakai jaket seharga motor bebek, dan membawa tabung oksigen lebih mahal dari mesin cuci otomatis. Tapi di zona kematian (di atas 8.000 mdpl), tubuh manusia bukan lagi sakti mandraguna, ia perlahan menyerah, otak halusinasi, keputusan jadi random seperti mood algoritma TikTok.

Kadang mereka harus antre, seperti antre pembagian daging kurban, menunggu giliran di lereng maut. Pada 2019,  ada 11 orang tewas karena kemacetan di jalur puncak. Everest ternyata bukan hanya tempat pendakian, ia juga tempat simulasi birokrasi neraka.

Biaya ke sana bisa mencapai $130.000 atau Rp2 miliar, termasuk izin pendakian sebesar $15.000, logistik, pemandu, perlengkapan, dan mungkin juga kontrak tidak tertulis untuk masuk museum jasad beku. Tapi masih banyak yang berangkat, seperti sedang mengikuti reality show berjudul, “Mati Demi Caption.”

"Dua miliar, wak. Hanya orang berduit yang mau mendaki gunung dengan tinggi 8.848,86 meter atau sekitar 29.031,7 kaki di atas permukaan laut."

Clara Sumarwati adalah pendaki Indonesia pertama yang mencapai puncak, pada 26 September 1996. Ia melawan badai, membungkam keraguan, dan pulang dengan status legenda yang sempat dipertanyakan karena bukti minim tapi semangat maksimal. Sejak itu, beberapa pendaki Indonesia menyusul, membawa bendera, doa, dan semoga tidak jasad tambahan.

Everest tidak tertaklukkan. Ia bukan gunung, ia adalah entitas filsafat yang menertawakan ambisi. Ia membeku, diam, dan menerima korban baru tiap musim semi. Ia adalah tempat di mana manusia berkata, “Aku bisa,” dan alam menjawab, “Tunggu dulu.”

Pagi hari di Everest bukan secangkir kopi hangat. Ia adalah jam kematian, waktu favorit gunung untuk menyeleksi siapa yang cukup gila untuk lanjut. Manusia, seperti biasa, menyambutnya dengan senyum, kamera, dan harapan absurd untuk jadi viral, meski tanpa sinyal.

Selamat pagi dari Everest, tempat di mana Rp2 miliar bisa mengantar ego sampeyan ke awan, dan jasad maneh ke arsip bila tak beruntung. 

Publisher Krista#camanewak

Type and hit Enter to search

Close