Breaking News

Yaqut Dicekal, KPK Mulai Obok-obok Haji

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitor86.com

Cukup lama Yaqut hilang dari peredaran. Begitu muncul, ia nongol di KPK. Bahkan, lembaga antirasuah ini sudah mencekal mantan Menag ini ke luar negeri. Persoalan haji di era Yaqut pun mulai diobok-obok anak buah Komjend Setyo Budiyanto. Simak narasinya sambil seruput kopi tanpa gula lagi, wak!

KPK kini resmi mencegah mantan Menag, Yaqut Cholil Qoumas, pemilik Maktour Travel Fuad Hasan Masyhur, dan Dewan Pengawas BPKH Ishfah Abidal Azis untuk melancong keluar negeri. Alasannya? Karena mereka diduga terlibat dalam skandal kuota haji 2023–2024. Nilai dugaan kerugian negara, lebih dari Rp 1 triliun. Itu angka yang kalau dikonversi ke kambing kurban, jumlahnya bisa bikin seluruh hewan di Afrika merasa was-was.

Investigasi ini seperti membuka kotak Pandora yang ternyata bukan berisi dosa, melainkan daftar travel umrah yang tiba-tiba bisa jual kuota haji layaknya jual voucher konser Coldplay. Ada Maktour, Uhud Tour, AMPHURI, Kesthuri, semuanya jadi seperti supermarket spiritual, hanya saja kasirnya pakai dasi, bukan sorban.

Biaya? Jangan tanya. Untuk haji reguler, cukup Rp 50–70 juta. Tapi kalau mau "haji VIP" alias khusus, cukup siapkan Rp 250–300 juta. Dengan harga segitu, sampeyan tidak hanya mendapat jaminan tempat di pesawat dan tenda AC di Mina, tapi juga bonus ikut menyumbang pada perekonomian gelap nasional. Sungguh ibadah yang multi-faedah.

Skemanya sederhana namun elegan. Oknum Kemenag diduga menjual kuota haji khusus ke travel-travel nakal. Travel itu kemudian menjualnya ke calon jamaah seperti menjual rumah di Jakarta Selatan, markup setinggi langit, DP dulu, akad belakangan. Laba besar ini kemudian, kata gosipnya, mengalir lagi ke pejabat-pejabat yang tugasnya mestinya mengurus umat, bukan menguras umat.

Yang paling absurd ni, wak! Tambahan kuota 20.000 jamaah dari Arab Saudi dibagi 50:50 untuk haji reguler dan khusus. Padahal, aturan jelas bilang haji khusus cuma 8%. Kalau aturan ini manusia, mungkin dia sudah lapor polisi karena dilecehkan secara matematis.

Calon jamaah yang sudah antre 15–20 tahun kini hanya bisa memandang layar ponsel sambil beristighfar panjang. "Katanya panggilan haji dari Allah. Kok yang datang duluan malah orang-orang punya koneksi?" tanya seorang bapak yang namanya sudah 18 kali masuk daftar tunggu tapi tetap kalah sama jamaah fast track yang akrab dengan pejabat.

Skandal ini seperti mengajarkan filosofi baru. Di negeri ini, suci pun bisa dijadikan komoditas. Haji tidak lagi sekadar perjalanan ruhani, tapi juga perjalanan finansial, perjalanan uang dari dompet jamaah ke kantong yang entah milik siapa.

Mungkin suatu hari nanti, buku fiqih akan menambah bab baru, "Rukun Haji Khusus" yang bunyinya: niat, wukuf di Arafah, thawaf, sa’i, dan terakhir, transfer uang ke rekening travel dengan bukti bayar yang sah.


Tapi ada pelajaran penting. Jangan pernah meremehkan kreativitas manusia dalam menemukan peluang, bahkan di ladang ibadah. Jika dulu orang berangkat haji demi surga, sekarang ada yang berangkat demi margin keuntungan. Di tengah semua ini, calon jamaah yang sudah tua, menabung sejak era BBM premium, hanya bisa menatap kalender dan bertanya, "Ya Allah, ini aku menunggumu atau menunggu giliran dikerjain lagi?"

Untuk para calon jamaah yang sedang menunggu, berita ini mungkin lebih menyakitkan dari ditolak visa. Karena kini mereka tahu, antrian panjang itu bukan hanya ujian kesabaran dari Allah, tapi juga dari para makhluk yang pandai mengubah ibadah suci menjadi bisnis eksklusif. Seperti biasa, yang menang bukan yang paling taat, tapi yang paling cepat… membayar.

Publisher : Krista#camanewak

Type and hit Enter to search

Close