Breaking News

Roy Suryo vs Skripsi Jokowi

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitor86.com

Dokter Tifa sudah saya bahas. Amien Rais juga sudah. Kali ini, Roy Suryo yang sudah mirip Sherlock Holmes lokal terhadap ijazah Jokowi. Siapkan kopinya wak, mari kita dalami aksi mantan Menpora ini.

Di antara hiruk-pikuk dunia maya, muncullah kembali sosok legenda digital, Roy Suryo. Konon, ia bisa membaca masa depan hanya dari metadata foto. Kali ini, ia tak sedang membahas sinyal alien dari antena TV analog, melainkan menyerang jantung intelektual mantan Presiden Joko Widodo. Kali ini serangannya pada skripsi Jokowi tahun 1985 dari Fakultas Kehutanan UGM. Apa pasal? Font-nya, bro! Font-nya! Times New Roman! Sebuah tipografi yang oleh Roy dianggap sebagai mesin waktu karena konon baru muncul tahun 1992. Padahal skripsi itu disusun tujuh tahun sebelumnya. Gawat. Dunia bisa runtuh. Microsoft bisa dituntut. Typografi bisa menjadi delik hukum.

Dengan percaya diri level Thanos pegang Infinity Gauntlet, Roy mengklaim skripsi Jokowi palsu. "Tidak masuk akal! Di tahun 1985 tidak ada Times New Roman!" katanya, sambil menatap layar komputer seperti Nostradamus membaca wahyu. Lalu seperti pemburu artefak kuno, Roy membedah tiap halaman skripsi. Ia mempertanyakan nama dosen pembimbing,  Achmad Soemitro. “Harusnya Sumitro, bukan Soemitro! Huruf ‘oe’ itu kolonial, bro!” seolah nama orang bisa menentukan keabsahan ijazah.

Tidak puas, Roy juga mempermasalahkan tidak adanya tanggal di tanda tangan dekan. Ia mengamati dua stempel, “Perp Kehutanan UGM 110962” dan “PK 85.155 Jok B”, seperti sedang membaca sandi rahasia Perang Dunia II. Semua dianalisis dengan semangat seperti sedang menguak rahasia negara adidaya.

Namun drama ini mencapai klimaks saat Roy tampil di Kompas TV dan berhadapan dengan Yakup Hasibuan, pengacara muda bersinar yang bicara seperti karakter utama film Hollywood. Dengan tenang dan tatapan menusuk, Yakup bertanya, “Mas Roy, apakah Anda menganalisis skripsi asli atau hanya dari foto yang beredar di internet?”

Roy terdiam. Seketika ruangan hening. Bahkan kamera tampak panik mencari ekspresi. “Eeh... saya dapat dari... orang. Katanya itu dari Pak Jokowi langsung,” katanya dengan suara mengambang seperti sinyal radio di gunung.

Yakup tersenyum, seperti singa baru saja mencabik mangsa. “Jadi Anda menyimpulkan dokumen itu palsu hanya dari gambar di internet?”

Roy tampak menelan ludah. Mungkin ini momen terberat dalam hidupnya sejak printer-nya kehabisan tinta tahun 2002. “Ya… katanya sih dari beliau langsung,” jawabnya pelan. Skakmat.

Di sisi lain, sahabat Roy, Rismon Sianipar, yang mengaku sebagai ahli digital forensik, menambahkan bumbu sinetron, ia diteror di Bali! Mobilnya dirusak, bannya disayat, kaca dipecah! Semua katanya karena ia menyimpulkan ijazah Jokowi palsu. Kajian ilmiah tanpa menyentuh dokumen asli, sebuah metode forensik yang kalau diterapkan di pengadilan, bisa bikin hakim pingsan.

Tapi UGM tidak terpancing. Dengan tenang, pihak kampus menjelaskan bahwa skripsi yang dipermasalahkan Roy adalah salinan hasil revisi pasca-sidang, bukan naskah asli. Tentu saja font bisa berubah, karena mahasiswa yang lulus akan memperbaiki skripsi sebelum dijilid dan diserahkan ke perpustakaan. Ini pengetahuan umum, bahkan satpam kampus pun tahu.

Tapi Roy tetap ngotot. Ia mengabaikan fakta bahwa di dunia nyata, skripsi mahasiswa bisa diketik ulang, diedit, bahkan ganti font sebelum dijilid. Apalagi zaman dulu, mahasiswa masih ngetik pakai mesin ketik sewaan dan ketoprak di pinggir jalan.

Publik pun tertawa. Dunia akademik tersenyum kecut. Yakup Hasibuan? Ia pulang dengan kemenangan moral, membuktikan bahwa logika sederhana masih bisa mengalahkan analisa hiperbola. Dan Roy? Ia kembali ke markas, mungkin sedang mengamati font Calibri di ijazah lain, berharap menemukan konspirasi internasional lain di balik ketikan miring.

Begitulah, ketika skripsi tahun 1985 berubah jadi sinetron digital, dan font menjadi senjata pemusnah massal. Dunia kita memang absurd, wak. Tapi setidaknya lucu.

Publisher : Timtas M-86 #camanewak

Type and hit Enter to search

Close