Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar
PONTIANAK // Monitor86.com
Di dunia persenjataan modern, tidak semua bom diciptakan setara. Ada yang kecil untuk tugas-tugas presisi, ada yang besar untuk efek psikologis, dan ada pula yang diciptakan untuk menembus bumi, menertawakan beton bertulang, dan menghancurkan mimpi yang terkubur dalam perut gunung. Salah satu mahakarya semacam itu adalah GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP), bom non-nuklir paling kuat yang pernah dikembangkan Amerika Serikat.
Menurut para pakar persenjataan dan ahli ledakan ternama dunia, MOP adalah puncak dari teknologi bunker buster, simbol supremasi teknis yang tidak hanya menyasar target, tetapi juga narasi. Dr. Theodore Postol, mantan analis Pentagon dan pakar sistem persenjataan dari MIT, pernah menyebut bahwa MOP adalah “bom yang bukan hanya menghancurkan, tapi membongkar ilusi pertahanan.”
Mari kita bahas secara ilmiah dan teknis, tanpa ledakan emosi, karena bahan peledaknya sudah cukup. Spesifikasi Teknis:
• Nama Resmi: GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator
• Berat Total: ±30.000 pon (13.600 kilogram)
• Panjang: 6,2 meter (20,5 kaki)
• Isi Peledak: ±5.300 pon dari kombinasi AFX-757 dan PBXN-114, dua jenis bahan peledak energi tinggi
• Kekuatan Penetrasi: Mampu menembus hingga 61 meter tanah atau 18 meter beton bertulang, tergantung jenis tanah dan sudut jatuh
• Sistem Pemandu: GPS-aided Inertial Navigation System (INS), sistem navigasi presisi tinggi yang memastikan bom menukik tepat pada titik yang telah ditentukan
• Efek Ledakan: Peledakan dalam tanah yang dirancang untuk merusak struktur bawah tanah secara struktural, bukan hanya permukaan
GBU-57A/B dikembangkan oleh Boeing melalui program dari Defense Threat Reduction Agency (DTRA), sebuah lembaga militer AS yang bertugas menganalisis dan mengembangkan strategi terhadap ancaman tersembunyi, termasuk fasilitas nuklir bawah tanah. MOP dikembangkan sebagai jawaban atas keterbatasan GBU-28, pendahulunya yang hanya bisa menembus target terbatas dan tidak cukup dalam untuk situs seperti Fordow di Iran atau bunker Korea Utara.
Proyek MOP dimulai secara diam-diam setelah konflik Irak dan meningkatnya kekhawatiran atas proliferasi nuklir. Banyak ahli, termasuk William Arkin (pengamat militer senior), melihat pengembangan MOP sebagai bentuk "signal power" bukan hanya digunakan, tapi juga dipamerkan sebagai peringatan bagi negara-negara yang bermain dengan nuklir di bawah tanah.
Satu-satunya pesawat yang mampu membawa dan meluncurkan MOP adalah B-2 Spirit Stealth Bomber. Pesawat ini tidak hanya memiliki ruang kargo khusus, tetapi juga teknologi siluman yang membuatnya nyaris tak terdeteksi radar. Setiap B-2 dapat membawa dua buah MOP. Karena ukuran, berat, dan daya rusaknya yang ekstrem, peluncuran MOP hanya dilakukan dalam misi strategis tingkat tinggi.
Yang membedakan MOP dari bom-bom lain bukan hanya ukurannya, tetapi niat di baliknya. Dirancang bukan untuk medan perang konvensional, tapi untuk target yang secara arsitektural dianggap "tidak bisa dijangkau", MOP merupakan senjata yang meruntuhkan kepercayaan diri lawan terhadap tembok, kedalaman, dan bunker.
Salah satu hal menarik adalah material pembungkus MOP yang terdiri dari paduan baja ultra-tinggi. Material ini tidak hanya harus kuat untuk menembus tanah dan beton, tetapi juga cukup elastis agar tidak pecah sebelum ledakan terjadi. Inilah seni insinyur peledakan: kekuatan dan waktu, dihitung dalam milidetik.
GBU-57A/B bukan sekadar bom. Ia adalah statement, sebuah pengingat bahwa tidak ada tempat aman ketika sains, strategi, dan kekuasaan disatukan dalam satu silinder peledak raksasa. Dikenal oleh para ahli sebagai "God's Toothpick", bom ini bukan hanya memotong bumi, tetapi juga ketakutan kolektif dunia tentang kedalaman yang tidak lagi cukup dalam.
Ketika MOP dijatuhkan, yang runtuh bukan hanya bunker, tapi konsep tentang batas aman itu sendiri.
Publisher : Timtas M-86#camanewak
Social Footer