Breaking News

Neraka di Hari Kedelapan (Perang Iran vs Israel)

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitor86.com

Selalu ramai meminta, “Bang, update dong perang Iran vs Israel!” Tak terasa sudah delapan hari perang di jantung Timur Tengah itu. Di mana-mana berita soal perang yang mulai menyisihkan perang Rusia vs Ukraina. Dalam update perang antara “Tom and Jerry” itu saya selalu mengambil dari beberapa sumber media yang kredibel, di antaranya The Financial Express, Zee News, News18, Indiaexpress, dan Detroit Free Press. Simak narasinya, wak!

Hari itu, 20 Juni 2025, adalah hari kedelapan dari sebuah konflik yang bukan lagi disebut perang, tapi lebih mirip drama Korea distopia. Pemeran utamanya Israel dan Iran. Israel, negara kecil dengan ego sebesar galaksi dan jet tempur bersayap doktrin. Lalu, Iran, negeri tua yang sudah kenyang dijajah sejarah dan kini nekat main uranium sambil berkata, “Coba sentuh gue, hancur lo semua.”

Konflik dimulai saat Israel membuka Operasi Rising Lion, bukan nama konser metal, tapi serangan udara yang menyasar fasilitas nuklir dan militer Iran di Natanz, Isfahan, Arak, dan Teheran. Tujuannya jelas, mencegah Iran jadi negara nuklir, atau dalam bahasa Israel, “Kami tidak suka kompetisi di bidang kiamat.”

Iran tak tinggal diam. Mereka mengaktifkan mode “Final Boss” dan menembakkan ratusan rudal serta drone ke Tel Aviv, Beersheba, bahkan menghantam Rumah Sakit Soroka, karena rupanya, dalam perang modern, humanitarian target artinya “target yang banyak manusianya.” Hasilnya, 200 lebih korban luka, termasuk warga sipil yang pagi harinya mungkin cuma niat beli roti.

Israel merespons seperti biasanya, kirim 60 jet tempur, hancurkan markas SPND di Teheran, tempat ilmuwan Iran meracik mimpi buruk berbentuk senjata. Ini bukan perang, ini adu marah sambil bawa bom.

Lalu datang kabar, Reaktor Air Berat Khondab rusak, fasilitas pengayaan uranium juga ikut gosong. IAEA berdiri di pinggir lapangan sambil mencatat seperti guru yang muridnya tawuran bawa senjata kimia. Amerika, dengan gaya polisi dunia yang haus panggung, menyebut Iran mampu bikin bom nuklir dalam hitungan minggu. Sementara itu, Iran bilang, “Kami gak mau bom nuklir kok, tapi juga gak mau negosiasi sambil dibom.”

Eropa ikut tampil. Inggris, Prancis, Jerman duduk bersama Abbas Araghchi di Jenewa. Mungkin mereka diskusi damai, mungkin juga pesan fondue sambil bilang, “Bisakah kalian jangan perang dulu? Kami punya Olimpiade tahun depan.” Tapi diplomasi tidak laku kalau langit penuh rudal.

Lalu muncullah Donald Trump, bagai karakter yang tak mau pensiun dari sinetron. Ia memberi waktu dua minggu sebelum Amerika ikut nimbrung. Katanya ini fase “diplomasi koersif”, padahal artinya, "Kalau kalian gak berhenti, kami bawa lebih banyak bom."

Di pinggir panggung, Hezbollah dari Lebanon angkat tangan dan bersumpah akan membantu Iran dengan segala cara, yang pasti bukan dengan pelukan. Kemudian, ada 1.000 mahasiswa India dievakuasi dari Iran, karena ya, dalam perang global, korban pertama adalah mahasiswa dan harapan akan masa depan.

Korban terus bertambah, 639 jiwa tewas di Iran (termasuk 263 warga sipil), 24 di Israel (mayoritas juga warga sipil). Seperti biasa, para jenderal bicara “target strategis,” sementara para ibu menggali kubur anak-anak mereka dengan tangan gemetar.

Inilah perang modern, bukan soal tanah atau kemenangan, tapi soal harga diri nuklir dan siapa paling tahan sanksi. Ini bukan lagi soal siapa benar, siapa salah, ini soal siapa duluan ke neraka sambil menyeret dunia.

Kita? Kita cuma bisa duduk, menyeruput kopi, membaca berita, dan berkata, “Astaga, episode selanjutnya bakal kayak gimana ya?” 

Kita tak tahu entah berapa nyawa lagi harus melayang. Bagi yang peduli terhadap kemanusiaan, berharap perang segera berhenti. Bagi industri atau produsen alat perang, terus menjadi kompor agar perang jangan sampai berhenti. Di balik perang, ada keuntungan besar. Kapan damainya? Sampai kedua belah pihak duduk bareng sambil minum kopi. Tukang traktir kopinya belum muncul ni.

Publisher : Timtas M-86#camanewak

Type and hit Enter to search

Close