Breaking News

Teheran Terbakar, Tel Aviv Bergetar

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitor86.com

Banyak followers saya minta agar selalu update perkembangan perang Iran vs Israel. Di satu sisi, nurani kita merasa miris melihat perang. Korbannya pasti manusia. Di sisi lain, ada yang senang, perang itu seperti tontonan menarik. Makan siang sudah selesai, sekarang kita ngopi tanpa gula sambil menikmati progress baku hantam antara “Tom and Jerry” di jazirah Arab.

Pada hari Minggu, 15 Juni 2025, pukul 02.40 dini hari, Israel kembali melancarkan serangan. Sebelumnya, tentara zionis ini menyerang pada 13 Juni. Ibukota Iran, Teheran terbakar. Bukan karena perayaan atau festival lentera, tapi karena militer Israel melancarkan serangan udara super akrobatik. Serangan itu menghantam langsung ke jantung Teheran. Lalu, menyapa dengan mesra markas besar Kementerian Pertahanan Iran, SPND, dan beberapa tanker bahan bakar. Semua target itu disebut-sebut berbau nuklir, beraroma plutonium, dan berjiwa uranium, sebuah kombo maut yang bisa bikin Einstein bangkit dari kubur lalu langsung stres.

Israel, yang tampaknya sudah kenyang dengan diplomasi dan lapar akan kehormatan udara, mengaku bahwa serangan ini adalah langkah preventif. “Kami hanya ingin Iran tidak main-main dengan nuklir,” kata juru bicara militer Israel sambil menekan tombol rudal dengan satu tangan dan makan shawarma dengan tangan lainnya. Seperti biasanya, serangan disiarkan dengan gaya teatrikal ala Broadway. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menulis dengan bangga di media sosial, “Teheran sedang terbakar.” Ya, benar. Dunia pun ikut menganga, sebagian karena kaget, sebagian lagi karena mulut belum sempat tutup setelah makan mi instan.

Iran, tentu saja tidak tinggal diam. Garda Revolusi yang selama ini berlatih dari pagi hingga petang sambil mendengarkan musik nasionalis berdurasi tiga jam, langsung merespons. Mereka menyerang instalasi bahan bakar untuk jet tempur Israel, dan bahkan mengirim rudal serta drone untuk menyapa Tel Aviv. Salah satu rudal Iran berhasil menembus Iron Dome, sistem pertahanan super mahal Israel yang katanya bisa mencegat segalanya kecuali nasib buruk. Rudal itu menghantam sebuah apartemen di Galilea, menewaskan empat warga sipil, dan seketika membuyarkan mitos bahwa perang ini hanya tentang militer.

Namun puncak drama meledak ketika serangan rudal balistik Iran mengguncang kompleks militer Kiryat di tengah Tel Aviv, yang selama ini dikenal sebagai “Pentagon-nya Israel”. Video serangan tersebar di media sosial lebih cepat dari gosip perceraian artis. Langit Tel Aviv dihiasi jejak rudal pencegat dan cahaya ledakan, mirip kembang api tahun baru tapi minus harapan. Jurnalis Fox News, Trey Yingst, melaporkan dari lokasi, “Bangunan dalam kompleks ini baru saja terkena serangan.” Seluruh dunia pun terdiam, atau pura-pura peduli sambil lanjut ngopi.

Sementara itu, rencana perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat resmi dibatalkan. Amerika yang tadinya mau duduk manis sambil berdiplomasi kini malah gelisah, seperti orang yang tahu cicilan KPR-nya bakal naik. Di markas PBB, para diplomat hanya bisa mengelus dada dan mengulang mantra sakral, “Semua pihak harus menahan diri.” Padahal, kedua pihak sudah tidak punya rem sejak episode pertama.

Inilah kita sekarang. Iran menyalahkan Israel, Israel menyalahkan Iran, dan dunia menyalahkan cuaca. Korban sipil bertambah, bangunan hancur, dan yang untung cuma produsen senjata, produser berita, serta astrolog palsu yang dulu pernah meramal “bakal ada ketegangan di bulan Juni.”

Perang Israel-Iran bukan lagi konflik, tapi franchise. Setiap serangan adalah episode. Setiap ledakan adalah cliffhanger. Penonton dunia? Masih duduk, masih menonton, masih berharap akhir bahagia, di dunia yang bahkan tidak yakin bisa bangun esok hari dengan langit utuh.

Foto: Kobaran api muncul dari depot minyak di Shahran, barat laut Teheran, Iran, setelah serangan Israel pada Minggu, 15 Juni 2025. © AFP/ATTA KENARE

Publisher : Timtas M-Krimsus#camanewak

Type and hit Enter to search

Close