Breaking News

31 Juta Rekening Diblokir, Sebuah Tragedi Transaksional

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

Bukan main hebohnya soal pemblokiran rekening dormant. Seperti sebuah tragedi besar. Memang iya, sih. Saya tak bisa membayangkan, pemilik rekening yang duitnya 11 triliun, tiba-tiba diblokir. Kalau tak semaput, ya selap, kata orang Pontianak. Mari kita ungkap soal tragedi transaksional digital ini sambil seruput kopi tanpa gula, wak!

Di sebuah negeri dengan ribuan pulau dan berjuta-juta ATM yang sering kehabisan struk, tiba-tiba datang sebuah kabar duka yang mengguncang sendi-sendi keuangan rakyat jelata. PPATK, lembaga maha sakti yang bisa mencium aroma uang haram dari balik firewall bank, dengan penuh wibawa memutuskan, 31 juta rekening dormant dibekukan (mistar.id). Seketika itu pula, jutaan nasabah yang hidup damai tanpa transaksi berubah status jadi krisis eksistensial finansial.

“Rekening gue nganggur doang, bro. Salahnya di mana?” jerit Olie, sambil mengecek saldo yang tidak bisa diakses, lalu menangis tersedu di depan mesin ATM seperti Bujang Nadi yang ditinggal Dare Nandong, yang ternyata kabur ke rekening aktif lainnya.

Blokir ini bukan blokiran biasa. Ini adalah bentuk filsafat kontemporer. Jika uangmu diam, negara akan bergerak. Keuangan adalah energi kinetik, wak. Kalau saldo cuma duduk manis tanpa transfer, tarik tunai, atau sekadar ditepuk dari aplikasi mobile banking, maka ia adalah ancaman nasional setara teroris digital.

“Saldo nganggur itu seperti cinta lama yang tak dibalas. Lama-lama bisa disalahgunakan orang lain,” kata seorang filsuf keuangan (bukan benar-benar filsuf, cuma nasabah kecewa yang terlalu sering nonton podcast).

Lebih dari Rp6 triliun mendadak jadi batu es di freezer negara. Ada yang dari rekening bansos, ada dari rekening dinas pemerintah, bahkan ada yang usianya lebih tua dari akun Friendster kita. Lucunya, 140 ribu rekening tidak aktif selama lebih dari 10 tahun, itu artinya mereka sudah pensiun dari perputaran ekonomi sejak era Blackberry masih berjaya.

Di sisi lain, kepala PPATK dengan gagah menyatakan, “Saldo tetap aman.” Tapi rakyat yang mendadak tidak bisa belanja pulsa, bayar parkir digital, atau order bakso via QRIS justru merasa aman itu hanya ilusi, seperti cinta dari mantan yang ghosting tapi masih simpan foto kita di galeri HP-nya.

Pemerintah? Langsung bereaksi seperti drama Korea. Presiden Prabowo memanggil para kepala lembaga keuangan, bukan untuk makan siang, tapi untuk membedah krisis nasional, Dormant-gate. Bahkan Menko Polhukam ikut bicara, seperti sedang mengomentari kasus spionase, bukan rekening emak-emak yang nganggur tiga bulan.

DPR? Tentu saja seperti biasa, setengah mendukung, setengah galau, dan setengah lagi pura-pura tidak tahu karena masih nyari token m-banking.

Sementara itu, bank-bank besar seperti BCA dan Mandiri menanggapi dengan wajah diplomatis penuh senyum, seperti kasir minimarket yang bilang “maaf, saldo tidak cukup” dengan penuh empati dan penghinaan halus.

Tapi yang paling menderita tentu para nasabah. Ada yang ingin tarik tabungan nikah tapi diblokir. Ada yang baru ingat punya rekening waktu viral. Bahkan ada yang langsung mengisi Formulir Hensem dengan air mata sambil bertanya dalam hati, “Hensem itu apa? Kenapa nasib keuangan saya bergantung pada bit.ly yang terdengar seperti promosi skincare murahan?”

Begitulah, wak! Di negeri ini, nuan bisa lupa password, lupa tanggal lahir, bahkan lupa pacar lama. Tapi jangan pernah lupa menggerakkan rekeningmu, atau kau akan diblokir dengan penuh cinta dan alasan hukum. Karena di dunia keuangan modern, saldo yang tidak bergerak adalah potensi makar.

Akhirnya, kita pun belajar satu hal penting. “Kalau cinta harus diperjuangkan, maka saldo juga harus digerakkan.” Selamat bertransaksi. Sebelum ente jadi bagian dari statistik rekening terblokir yang disimpan dalam lemari besi berlabel “Kami Lindungi Hakmu, Tapi Maaf, Akses Ditutup Sementara.”

Sepertinya satu norek saya kena deh. Soalnya dibuat era Covid19 lalu, lupa. Esok mau cek. Kecil sih harapanya. Ngopi lagi, yok!

Publisher : Krista#camanewak

Type and hit Enter to search

Close