Breaking News

Mengenal Sumastro, Sekda yang Baru Saja Dijebloskan ke Penjara

Oeh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

PONTIANAK // Monitor86.com

Kota Singkawang sedang jadi pembicaraan nasional. Bukan karena seribu keletengnya. Bukan juga karena kecantikan gadisnya, melainkan oleh Sekretaris Daerah (Sekda). Kali ini, saya ingin mengenalkan orang nomor satu di birokrasu Pemkot Singkawang denga walikotanya, Tjhai Chui Mie SE MH. Siapkan kopi tanpa gulanya, wak!

Nama Sekdanya, Drs H Sumastro M Si. Ia bukan nama superhero, tapi cukup sakti untuk menyulap anggaran menjadi ilusi, dan menjadikan kata pembangunan sebagai mantra favorit setiap pidato Jumat pagi.

Lahir pada 16 April 1967, di Pulau Kumbang, Simpang Hilir, Kalbar, tempat sunyi, damai, dan jauh dari KPK. Ia adalah bukti hidup bahwa dari pelosok negeri pun bisa muncul manusia yang meniti karier dengan gemilang, sebelum akhirnya tergelincir ke dalam lubang lumpur yang ia gali sendiri.

Riwayat pendidikannya adalah simfoni prestasi:

• D-III APDN Pontianak, lulus 1986, langsung bisa jadi Camat

• S1 IIP Depdagri Jakarta, jurusan Perencanaan Pembangunan, lulusan terbaik ke-3!

• S2 IPB, jurusan Ilmu Penyuluhan Pembangunan, lmu untuk membangun, yang kemudian dibelokkan menjadi ilmu membangun ilusi legalitas korupsi.

Kariernya? Wah, kalau dibikin film bisa tayang di Netflix. Ia pernah jadi:

• Kasi Bimtek Prasarana Desa (1996–2001)  mengajarkan desa cara membangun jalan, bukan cara memutar akal.

• Kasubbag Identifikasi Kewenangan (2001–2002) tahu betul mana kewenangan publik, mana kewenangan pribadi.

• Camat Singkawang Utara (2002–2007) jabatannya tetap, tapi integritasnya mulai tergoyang.

• Kepala Bappeda (2007–2013) tukang rancang anggaran, tukang rancang taktik juga, mungkin.

• Kadis Perhubungan-Kominfo (2013–2017), Kadis Perhubungan (2017–2018) mengatur jalan, dan diam-diam membuka jalur tol ke rekening pribadi.

• Sekretaris Daerah (2018–2025) penguasa administratif Kota Singkawang.

• Puncaknya: Penjabat Wali Kota Singkawang (2022–2024) jabatan suci, amanah dari Mendagri, SK tanggal 12 Desember 2022. Yang diharapkan menjaga kota, bukan menjaga aliran setoran fiktif.

Namun, seperti semua cerita tragis yang dimulai dari tepuk tangan, Sumastro memilih akhir cerita yang dramatis. Pada 10 Juli 2025, pria yang dulu berdiri tegap di podium Musrenbang, kini berdiri lesu di depan penyidik Kejari Singkawang. Rompi pink membalut tubuhnya, bukan karena gaya, tapi karena gaya hidup. Ia ditahan karena kasus korupsi Hak Pengelolaan Lahan (HPL) yang menyebabkan kerugian negara senilai Rp 3 miliar.

Bagaimana caranya? Sederhana tapi elegan. Seharusnya retribusi dari PT Palapa Wahyu Group sebesar Rp 5,2 miliar, tapi entah bagaimana, dengan sulap birokrasi tingkat tinggi, disepakati hanya Rp 2 miliar, itu pun dicicil selama 10 tahun. Bukan skema pembangunan, ini skema cicilan motor! Sebuah lelucon tragis yang membuat rakyat miskin tertawa getir sambil menahan lapar.

Uang negara yang seharusnya membangun sekolah, membayar bidan, memperbaiki jalan berlubang, malah melubangi sistem sendiri. Sumastro, sang lulusan terbaik, kini mengukir namanya dalam buku sejarah lulusan tercebur. Ia bukan lagi tokoh pembangunan, tapi simbol pembusukan.

Seperti semua koruptor, ia pasti akan bilang, "Saya difitnah. Saya hanya menjalankan prosedur." Prosedur apa? Prosedur penghinaan terhadap logika. Ia tidak jatuh karena kejahatan canggih, tapi karena keserakahan picik. Ia bukan diseret oleh musuh politik, tapi oleh dirinya sendiri, dan oleh angka yang lebih menggoda daripada ayat moralitas.

Inilah drama epik korupsi, ketika birokrat dianggap dewa, rakyat hanya angka, dan pembangunan hanyalah spanduk. Sumastro telah menunjukkan pada kita semua, bahwa tidak peduli seberapa tinggi jabatanmu, kalau nuan makan uang rakyat, direk akan ditarik turun, dengan cara yang tidak elegan, dengan kamera wartawan menyorot wajahmu, dan dengan rompi pink yang ukurannya tak bisa ditawar lagi.

Sekarang, kita tinggal menunggu akhir cerita. Apakah ia akan minta keringanan hukuman? Apakah ia akan tobat dan menulis buku “Dari APDN ke Bui”? Entahlah. Tapi satu hal pasti, korupsi bukan hanya kejahatan keuangan. Ia adalah penghinaan terhadap semua yang jujur.

Sumastro, telah menghina itu semua, dengan sangat elegan, sangat sistematis, dan sangat memuakkan.

Publisher : Krista#camanewak

Type and hit Enter to search

Close