Breaking News

Kesal dengan KPK, Sampai Sekarang Belum Ada Tersangka

Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar

Ente tengok ndak KPK, muter-muter soal dugaan korupsi kuota haji. Bolak-balik para pemain dipanggil, eh sampai sekarang belum satu pun ditetapkan tersangka. Jangan-jangan ini drama. Kesal. Simak narasinya sambil seruput kopi tanpa gula, wak!

Di negeri seribu dalih ini, KPK sedang menulis epos paling panjang dalam sejarah modern, Saga Kuota Haji. Kisahnya penuh dengan bumbu religius, pemeran utama mantan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, cameo staf khusus Ishfah Abidal Aziz, Dirjen Hilman Latief, pemilik travel Khalid Basalamah, sampai komisaris PT Ebad Al-Rahman Wisata. Semua pernah dipanggil ke panggung besar bernama Gedung Merah Putih. Kursi ruang pemeriksaan sudah lebih sering diduduki para saksi ketimbang sofa di rumah mereka.

Minggu demi minggu, adegannya sama, panggil saksi, periksa, tanda tangan absen. Episode berikutnya, panggil saksi lagi, cekal yang lain, putar lagi soundtrack “proses masih berjalan.” Kalau ini sinetron, judulnya bisa “Azab Koruptor Kuota Haji” yang tayang sepanjang tahun. Bedanya, sinetron punya ending. KPK? Ending-nya entah kapan.

Padahal, aroma uang sudah tercium. Kerugian negara diperkirakan lebih dari Rp1 triliun. Angka sebesar itu kalau dipakai bikin kue bingke khas Pontianak, mungkin cukup untuk suguhan satu galaksi. Atau kalau dipakai bangun sekolah, bisa mencetak generasi cerdas yang tahu cara antre haji tanpa harus disikut mafia kuota. Namun, apa gunanya angka fantastis ini kalau tersangka tak kunjung lahir? Apakah tersangka itu mitos, seperti kuntilanak, naga, atau UFO?

Lucunya, semua jalur hukum sudah dijajal. Rekening ditelusuri bersama PPATK. Dokumen dan barang bukti elektronik disita. Bahkan rumah di Depok sudah digeledah. Beberapa orang dicegah keluar negeri, termasuk mantan Menteri Agama. Tapi ujungnya sama, sunyi. Seakan KPK sedang bermain petak umpet dengan koruptor. Bedanya, koruptor bersembunyi di balik jubah ihram, KPK masih sibuk menghitung dari satu sampai seratus.

Masyarakat jadi bertanya, apakah KPK serius menyidik, atau sebenarnya sedang menguji kesabaran umat? Seperti jamaah yang menunggu giliran haji puluhan tahun, kita juga menunggu tersangka puluhan konferensi pers. Setiap kali publik menuntut jawaban, KPK menjawab dengan kalimat sakti, “Proses masih berjalan.” Kalimat itu sudah jadi mantera nasional, setara dengan ucapan “Mohon maaf lahir batin.”

Sungguh ironis, kasus bermula dari kuota tambahan 20.000 jamaah dari Arab Saudi. Aturan jelas: 92% untuk haji reguler, 8% untuk haji khusus. Tapi realita di lapangan: 50% reguler, 50% khusus. Diskresi yang rasanya lebih mirip diskotek, bikin gaduh, bikin pesta bagi pihak swasta, bikin umat reguler gigit jari. Dari sinilah dugaan korupsi lahir, ibarat setan menggoda manusia yang sedang ihram.

Namun hingga kini, semua baru sekadar dugaan. Tidak ada tersangka, tidak ada jeruji, hanya ada daftar panjang orang yang pernah dipanggil. KPK jadi filsuf modern, sibuk bertanya, “Apakah benar ada mens rea?” seakan-akan niat jahat itu makhluk gaib yang perlu dicari pakai ilmu kebatinan.

Saya pura-pura kecewa. Saking kecewanya, sampai ingin bikin syair tragedi, “KPK menggali, rakyat menanti, tersangka tak kunjung jadi.” Mungkin KPK sedang menunggu wahyu Jibril turun ke Gedung Merah Putih, membisikkan nama koruptor. Atau menunggu tersangka tobat sendiri, menyerahkan KTP, lalu berkata, “Saya ikhlas dipenjara.”

Begitulah drama ini. Kita semua penonton setia, tak bisa keluar bioskop karena tiket sudah dibayar dengan pajak rakyat. Semoga suatu hari, sebelum kiamat, KPK benar-benar menetapkan tersangka. Kalau tidak, jangan-jangan kasus ini akan jadi legenda urban, korupsi kuota haji, investigasi abadi.

"Sabar, Bang. Mungkin KPK masih menunggu momentum. Begitu diumumkan, semua jadi tersangka berjamaah."

"Sementara masih sabar sih. Atau, menunggu Jumat keramat, kali ya." Ups...ngopi yok!

Foto Ai, hanya ilustrasu saja.

Publisher : Krista #camanewak

Type and hit Enter to search

Close