Oleh : Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar
Pontianak — Monitor86.com
Ikutan ngegosip jadinya. Ini gara-gara KPK, kenapa sih nyebut Aura Kasih. Cobalah sebut Aura Faming, beda jadinya. Mari kita mengenal artis satu anak ini sambil seruput Koptagul, wak!
Nama Aura Kasih mendadak terdengar seperti lonceng tua di Gedung Sate. Biasa saja selama bertahun-tahun, lalu tiba-tiba berdentang keras dan semua orang menoleh. Bukan karena lagu baru, bukan karena film anyar, melainkan karena KPK membuka peluang memanggilnya untuk mengonfirmasi dugaan aliran uang dari mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Di titik ini, Aura Kasih bukan tokoh pinggiran, melainkan pusat perhatian. Wajar jika publik perlu mengenalnya secara utuh, bukan sekadar sebagai “penyanyi yang namanya disebut KPK”.
Aura Kasih lahir di Bandung pada 26 Februari 1987. Kota yang sama dengan Gedung Sate, Braga, dan Dago, seolah menjadi metafora hidupnya, naik turun, ramai, dan penuh sorotan. Ia dikenal sebagai penyanyi pop dengan karakter suara sensual dan citra berani yang sejak awal karier memang dekat dengan kontroversi. Album debutnya, Malaikat Penggoda yang dirilis pada 2008, langsung melejitkan namanya. Lagu-lagunya seperti “Mari Bercinta”, “Asmara”, dan “Pemilik Hati” menjadikannya ikon pop era itu, sekaligus figur yang tak pernah sepi komentar publik.
Tak berhenti di musik, Aura Kasih merambah dunia akting. Ia membintangi sejumlah film dan sinetron, di antaranya Asmara Dua Diana dan Radio Galau FM. Dari panggung ke layar lebar, dari konser ke karpet merah, ia membangun karier di industri hiburan dengan satu modal utama, popularitas yang konsisten. Popularitas inilah yang membuat namanya terasa kontras ketika muncul dalam pusaran penyidikan dugaan korupsi proyek pengadaan iklan Bank BJB periode 2021–2023 senilai Rp409 miliar, dengan dugaan Rp222 miliar atau lebih dari 50 persen digunakan tidak sebagaimana mestinya dan mengalir menjadi dana nonbudjeter.
Dalam kehidupan pribadi, Aura Kasih juga akrab dengan sorotan. Ia pernah menikah dengan Eryck Amaral, seorang pengusaha asal Brasil, pada 2018 dan resmi berpisah pada 2021. Dari pernikahan itu, ia memiliki seorang putri bernama Arabella. Kisah rumah tangganya kerap menjadi konsumsi publik, menegaskan bahwa hidupnya memang selalu berada di ruang terbuka, seperti Alun-Alun Bandung, siapa pun boleh melihat, menilai, dan berkomentar.
Ketika KPK, melalui juru bicaranya Budi Prasetyo, menyebut kemungkinan memanggil Aura Kasih, konteksnya sangat spesifik. Konfirmasi informasi dugaan aliran uang. Statusnya bukan tersangka, bukan pula saksi yang sudah dipanggil, melainkan pihak yang mungkin dimintai klarifikasi jika bukti permulaan dinilai cukup. KPK menegaskan, informasi dari masyarakat masih diuji dan meminta data awal yang valid. Ini penting dicatat agar publik tidak terjebak pada kesimpulan liar hanya karena nama besar bertemu lembaga antirasuah.
Di sinilah Aura Kasih menjadi simbol menarik. Ia mewakili pertemuan dunia hiburan dengan dunia kekuasaan, dua ruang yang sering dianggap terpisah. Padahal, nyatanya bisa bersinggungan. Seperti Jalan Asia Afrika yang mempertemukan sejarah, pariwisata, dan politik dalam satu ruas, nama Aura Kasih kini berada di persimpangan antara citra selebritas dan proses hukum. Bukan sebagai inti perkara, tetapi sebagai potongan puzzle yang sedang diperiksa.
Dengan mengenal profilnya secara lengkap, publik bisa melihat bahwa yang sedang terjadi bukan sekadar gosip selebritas, melainkan proses klarifikasi dalam kasus besar. Aura Kasih tetap Aura Kasih, penyanyi asal Bandung, figur pop dengan karier panjang dan kehidupan yang selalu disorot. Bedanya, kali ini sorotan datang dari Gedung Merah Putih KPK, bukan dari lampu panggung. Justru di situlah rasa “baru tahu” itu muncul dalam cerita korupsi ratusan miliar, bahkan ikon pop pun bisa ikut disebut dalam bab yang tak pernah mereka rencanakan.
Sumber foto: msn.com
Publisher : Kris#camanewak

Social Footer